Rabu, 19 Desember 2007

Mari Bermain Saham

Mari Bermain Saham
September 20th, 2005 | Investment

Barangkali memang sudah saatnya masyarakat kita didorong dan diencourage untuk memindahkan uangnya yang semula ngendon di bawah bantal untuk diinvestasikan supaya bisa lebih menggairahkan roda perekonomian kita. Apalagi, banyaknya sektor usaha informal yang marak belakangan ini, setidaknya menunjukkan bahwa dalam masyarakat ada arus perputaran uang yang tidak bisa dibilang sedikit.

Saham adalah salah satu produk keuangan. Kita mengenal pasar finansial yang terbagi dalam pasar modal dan pasar uang. Saham termasuk produk pasar modal yang merupakan bukti kepemilikan kita terhadap perusahaan yang menerbitkan sertifikat saham tersebut. Saham ada nilai intrinsik maupun nilai aktualnya.

Untuk bertransaksi saham juga ada aturan main tersendiri. Tapi uraian tentang itu tidak akan saya jelaskan di sini karena sudah banyak tulisan yang membahas tentang itu.

Bermain saham, seperti juga wahana investasi lain atau seperti juga menjalankan usaha, ada tips dan trik yang bisa dipelajari. Kebanyakan memang menganggap saham hanya sebagai instrumen finansial yang dipelajari dan dipahami secara left-brain thinking only. Padahal, esensi utamanya bukan berada di situ.

Dan, berikut beberapa tips dan trik yang mungkin bisa Anda baca dan mungkin Anda praktekkan sendiri:

* Perlakukan saham sebagai “human”, bukan dipahami semata-mata ”by the book” saja. Lihat juga orang-orang yang mengelolanya, pemain di belakangnya (market maker, player, follower) dan karakteritik masing-masing, baru kemudian masuk ke analisis dan tools yang digunakan.
* Jangan sepenuhnya percaya pada data-data keuangan, apalagi yang belum diaudit dan/atau belum disahkan oleh Bapepam. Indonesia adalah salah satu contoh emerging market, dan karakteristik utama dari pasar seperti ini adalah data yang seringkali unreliable. Jadi, tetaplah bersikap konservatif dan hati-hati.
* Ada baiknya Anda mulai dengan mengoleksi saham-saham blue chip yang turun harganya karena sentimen right issue. Tak apa, dalam waktu yang tidak terlalu lama, biasanya harganya segera terkoreksi dan merangkak naik. Return saham-saham blue chip biasanya average, tapi cukup layak untuk dipegang dalam jangka waktu lama.
* Anda juga bisa mengikuti aksi yang dilakukan para bandar. Bermainlah sedikit dengan saham gorengan. Biasanya, saham ini tidak terlalu banyak peredarannya sehingga mudah dikatrol dan dipermainkan harganya. Ciri-cirinya, volume transaksi saham ini cukup besar dan nilainya turun tapi kemudian perlahan-lahan naik. Sekali lagi, hati-hati karena tren bisa segera berbalik dengan cepat dan gunakan hanya jika ada uang berlebih.
* Disiplin. Tetapkan batas atas dan batas bawah. Misalnya, 33% di atas dan 5% di bawah. Taati aturan itu dan jangan sekali-kali mengikuti nafsu dan emosi Anda. Kalau Anda berani mengambil resiko, tidak apa-apa tanpa cut loss, kecuali 1) Anda pakai margin, 2) harga saham sudah tergolong tinggi, dan 3) ketika Anda masuk, harga atau tren berbalik arah.
* Tekun dan geluti secara serius. Lakukan analisis dan review portofolio secara berkala. Saya sarankan untuk memegang tidak lebih dari 9 jenis saham saja. Fokus pada maksimal 3 saham dan hold 1-2 saham untuk tetap dipegang untuk satu tahun. Kemampuan manusia terbatas, jadi baiknya jangan terlalu greedy.
* Belajar fundamental ekonomi global dan emiten tertentu adalah suatu keharusan. Lebih baik lagi jika Anda juga mengikuti selalu berita nasional dan mengamati korelasinya dengan gerakan di bursa.
* Simak karakteristik unik bursa. Misalnya, biasanya ada kecenderungan naik sekitar April-Mei sebagai antisipasi publikasi laporan keuangan dan pembagian dividen (sell). Sebaliknya, pada bulan September-Oktober seperti sekarang, biasanya kecenderungan turun karena sepi, tidak ada berita dan aktivitas (buy). Sementara pada akhir tahun ada kecenderungan naik, sebagai antisipasi window dressing dan menyambut january effect (sell). Pada bulan Februari-Maret, biasanya terjadi koreksi pasca window dressing dan january effect (buy). Begitu seterusnya.
* Broker juga manusia. Ajak mereka makan siang dan make friendship. Lakukan saja dengan tulus. Jangan pernah mengharapkan Anda akan mendapatkan insider information dari sini. Selain tidak etis, hal itu juga melanggar hukum (ilegal).
* Mohon bimbingan yang di atas. Percayalah bahwa banyak variabel yang berpengaruh tetapi berada di luar kendali kita. Di situlah peran tangan Tuhan berkuasa. Dan ketika Anda mendapatkan gain, jangan lupa sumbangkan sebagian dari apa yang Anda terima dan tetaplah bersikap rendah hati. Investor besar yang saya tahu rata-rata orang yang low profile, sederhana, dan tidak suka banyak bicara.
* Terakhir, ada quote menarik yang saya ambil dari salah satu buku, sayang saya lupa siapa penulisnya. Bunyinya, kalau tidak salah, ”You have to trade what you see, not what you think. And only a detached and unemotional state of minds allows us to make our decisions objectively.” See?

Informasi, analisis/strategi, sikap mental dan emosi, serta luck, tetap merupakan faktor utama yang menunjang keberhasilan Anda. Tiga faktor pertama bisa Anda pelajari, namun satu faktor terakhir hanya bisa Anda dapatkan dengan mendekatkan diri dengan yang di atas.

Inilah saatnya Anda bergerak. You have to trade. You must change your self from learning to take a trade from cold blooded readiness to read on valid signal.

Read More..

Jumat, 14 Desember 2007

MENGEMBANGKAN HOBI MENJADI BISNIS

MENGELOLA BISNIS
Mengembangkan Hobi Menjadi Bisnis

Ingin bekerja dengan senang hati, mulailah dari hobi...''Saat ini banyak orang yang berhasil mengembangkan hobi menjadi peluang bisnis. Mengembangkan hobi menjadi bisnis pada prinsipnya sama dengan mengembangkan bisnis lain pada umumnya. Mike Rini, konsultan dari biro Perencanaan Keuangan Safir Senduk dan Rekan, menyampaikan beberapa tips ringan sebelum memulai mengembangkan hobi sebagai usaha.

* Tekuni hobi menjadi keahlian
Hobi biasanya hanya mengisi waktu luang, mungkin hanya menghabiskan uang, jika tidak bisa mewujudkan nilai bisnis di dalamnya. Ubah kegiatan yang konsumtif menjadi produktif, yakni menjadikan hobi sebagai suatu yang bisa dijual. Berikut ini adalah caranya.

1. Luangkan waktu lebih banyak untuk menekuni hobi atau aturlah waktu agar lebih efisien untuk mendalaminya.
2. Tambah terus pengetahuan anda melalui kursus, seminar atau pelatihan yang berhubungan dengan hobi. Biasanya dalam kursus selain ilmu akan memperoleh sertifikat yang dapat meningkatkan kepercayaan pelanggan. Selain kursus pengetahuan bisa diperoleh melalui internet, majalah atau sarana lain.
3. Belajar langsung dari orang lain yang sudah berpengalaman menjadi nilai tambah karena bisa mengukur hasil karya sendiri.
4. Hasilkan karya secara rutin. Semakin banyak karya membuat orang semakin terlatih sehingga hasilnya semakin baik. Semua harus berangkat dari rasa disiplin diri sendiri, mampu mengontrol diri sendiri. Rasa malas terkadang datang menyergap terutama disaat hari kerja. Untuk menyiasatinya, tetapkan denda pada diri sendiri. ''Jika saya menghasilkan satu karya minggu ini, maka saya harus menghasilkan dua karya minggu depan.''

* Jadilah pekerja mandiri
Mengubah hobi menjadi peluang bisnis yang bisa dijual akan dihargai dan diminati orang. Karena itu, bisnis harus berjalan dengan menghadapi tantangan yang tidak ringan. Jangan berharap ada fasilitas khusus sehingga bisnis bisa berkembang cepat. Jangan mudah putus asa bila produk ditolak atau malu. Agar produk disukai orang sebaiknya memperhatikan kualitas, memiliki ciri khas, harga kompetitif dan pelayanan yang baik.

* Berkembang menjadi wirausaha
Untuk berkembang dari seorang pekerja mandiri menjadi wirausahawan harus memperhatikan beberapa hal.
1. Tentukan tempat. Apakah harus menyewa atau dijalankan di rumah. menyewa tempat berarti harus membayar sewa, padahal mungkin anda tidak menggunakan kantor setiap hari. Sewa tempat juga disesuaikan dengan dana yang ada, lokasi dan potensi bisnis yang bisa dikembangkan.
2. Anda adalah tenaga ahli. Apabila bisnis berkembang, Anda memerlukan karyawan. Sebagai langkah awal sebaiknya gunakan orang di sekitar anda seperti tetangga, saudara, anak atau istri.
3. Memulai hobi menjadi bisnis tidak harus perlu modal besar. Manfaatkan koleksi hobi anda sebagai modal awal untuk dijual. Cara lain adalah bekerja sama dengan pihak lain yang bermodal besar karena itu perlu ada sikap saling percaya.
4. Urus ijin usahanya dengan pihak terkait guna memudahkan akses usaha anda. Seperti status perusahaan yang berbentuk PT, CV, UD, NPWP dan sebagainya.
5. Buat sistem pengendali keuangan, operasional dan sebagainya agar mudah pengawasannya.
6. Rencanakan strategi pemasaran yang tepat dengan menetapkan harga yang kompetitif, target konsumen, promosi dan pilihan produk yang ditawarkan.
( hir )

Read More..

Kamis, 13 Desember 2007

Definisi Waralaba

Definisi Waralaba

Menurut International Franchise Association (www.Franchise.org), Franchise atau Waralaba pada hakekatnya memiliki 3 elemen berikut: Merek, Sistem Bisnis, & Biaya (Fees)

Merek
Dalam setiap perjanjian Waralaba, sang Pewaralaba (Franchisor) – selaku pemilik dari Sistem Waralabanya memberikan lisensi kepada Terwaralaba (Franchisee) untuk dapat menggunakan Merek Dagang/Jasa dan logo yang dimiliki oleh Pewaralaba.


Sistem Bisnis
Keberhasilan dari suatu organisasi Waralaba tergantung dari penerapan Sistem/Metode Bisnis yang sama antara Pewaralaba dan Terwaralaba. Sistem bisnis tersebut berupa pedoman yang mencakup standarisasi produk, metode untuk mempersiapkan atau mengolah produk atau makanan, atau metode jasa, standar rupa dari fasilitas bisnis, standar periklanan, sistem reservasi, sistem akuntansi, kontrol persediaan, dan kebijakan dagang, dll.

Biaya (Fees)
Dalam setiap format bisnis Waralaba, sang Pewaralaba baik secara langsung atau tidak langsung menarik pembayaran dari Terwaralaba atas penggunaan merek dan atas partisipasi dalam sistem Waralaba yang dijalankan. Biaya biasanya terdiri atas Biaya Awal, Biaya Royalti, Biaya Jasa, Biaya Lisensi dan atau Biaya Pemasaran bersama. Biaya lainnya juga dapat berupa biaya atas jasa yang diberikan kepada Terwaralaba (mis: biaya manajemen)

Karakteristik lain dari Waralaba
Pihak-pihak yang terkait dalam Waralaba sifatnya berdiri sendiri. Terwaralaba berada dalam posisi independen terhadap Pewaralaba. Independen maksudnya adalah Terwaralaba berhak atas laba dari usaha yang dijalankannya, bertanggung jawab atas beban-beban usaha waralabanya sendiri (mis: pajak dan gaji pegawai). Di luar itu, Terwaralaba terikat pada aturan dan perjanjian dengan Pewaralaba sesuai dengan kontrak yang disepakati bersama.


Definisi-definisi Waralaba lainnya, antara lain:

Amir Karamoy (Konsultan Waralaba)
“Waralaba adalah suatu pola kemitraan usaha antara perusahaan yang memiliki merek dagang dikenal dan sistem manajemen, keuangan dan pemasaran yang telah mantap, disebut pewaralaba, dengan perusahaan/individu yang memanfaatkan atau menggunakan merek dan sistem milik pewaralaba, disebut terwaralaba. Pewaralaba wajib memberikan bantuan teknis, manajemen dan pemasaran kepada terwaralaba dan sebagai imbal baliknya, terwaralaba membayar sejumlah biaya (fees) kepada pewaralaba. Hubungan kemitraan usaha antara kedua pihak dikukuhkan dalam suatu perjanjian lisensi/waralaba.


Peraturan Menteri Perdagangan (no. 12/2006)
“Waralaba (Franchise) adalah perikatan antara Pemberi Waralaba dengan Penerima Waralaba dimana Penerima Waralaba diberikan hak untuk menjalankan usaha dengan memanfaatkan dan/atau menggunakan hak kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki Pemberi Waralaba dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan oleh Pemberi Waralaba dengan sejumlah kewajiban menyediakan dukungan konsultasi operasional yang berkesinambungan oleh Pemberi Waralaba kepada Penerima Waralaba”

Read More..

Modal Menjadi Pengusaha

Modal Menjadi Pengusaha

Dua Modal Utama

Antara penting dan utama

Penting manakah modal tangible (materi) dan modal intangible(nonmateri)? Kalau pertanyaannya adalah penting mana, tentu harus dijawab keduanya penting. Berusaha butuh modal material – finansial seperti halnya juga butuh modal akal (intangible). Tetapi jika pertanyaannya adalah, manakah yang harus diutamakan lebih dulu, maka pengalaman sejumlah pengusaha dan kesimpulan pakar di bidang usaha, mengatakan bahwa modal intangible harus lebih dulu diutamakan.

Tidak saja Henri Ford yang mengakui ini. Pak Bob Sadino, Pak Cik, dan Bu Martha Tilar, rupanya juga kesimpulan yang sama. “Banyak sekali orang yang menerjemahkan modal dengan uang atau benda-benda. Sebetulnya dari pengalaman saya, modal intangible itu awal yang nantinya diikuti oleh modal tangible”, jelas Pak Bob (majalah Manajemen, April, 2003)

Apa yang dikatakan Pak Bob itu rupanya memiliki esensi yang sama dengan kesimpulan George Torok. (George Torok,The Yukon Spirit: Nurturing Entrepreneurs ,www.torok.com).Torok yang banyak melakukan penelitian terhadap kehidupan para pengusaha menyimpulkan bahwa tidak semua orang yang punya modal tangible bisa disebut pengusaha. Bisa saja mereka menjadi pengusaha dalam waktu seminggu sebulan atau beberapa bulan ke depan tetapi selebihnya mereka bukan lagi pengusaha. Menurut Torok, modal intangible yang dibutuhkan untuk menjadi pengusaha adalah

1. Memiliki dorongan batin yang kuat untuk maju (personal drive)
2. Memiliki fokus yang tajam tentang apa yang dilakukanya dan kemana dia akan membawa usahanya (focus)
3. Memiliki kemampuan yang kuat untuk berinovasi (produk, sistem, cara, metode, service, dst)
4. Memiliki sikap mental “Saya bisa” (The I can mental attitude) dalam menghadapi persoalan-persoalan yang kedatangannya seperti tamu tak diundang.
5. Memiliki kemandirian dalam mengambil keputusan (berdasarkan pengetahuan, pengalaman, skill, intuisi, dan akal sehatnya).
6. Memiliki kemampuan untuk “tampil beda” atau memunculkan keunggulan-keunggulan (kreatif)

Mengapa harus lebih dulu diutamakan? Saya tidak tahu alasan spiritual-mistikal yang mengilhami para pengusaha itu berkesimpulan demikian. Tetapi secara logika, ada sedikitnya dua alasan yang bisa kita pahami:

Pertama, Seandainya kita punya modal tangible yang bagus tetapi kita tidak memiliki modal intangible yang bagus, maka modal tangible kita bukan malah akan bertambah. Modal itu akan berkurang dan bahkan bukan tidak mungkin akan ludes. Contoh-contohnya sudah seabrek di sekeliling kita. Tetapi seandainya kita punya modal intangible yang bagus sementara kita tidak memiliki modal tangible yang berlimpah, ini masih bisa diatasi. Sudah banyak kita saksikan pengusaha yang mengawali usahanya dengan modal yang sedikit atau pas-pasan bahkan kurang (istilahnya modal dengkul), tetapi karena ulet, kreatif, tekun, dan punya jaringan yang luas, akhirnya usaha itu mengalami kemajuan yang menggembirakan.

Kedua, keahlian tidak bisa dibeli atau tidak bisa dipinjam dari orang lain. “You cannot buy the skill to be great”. Uang bisa dipinjam, gedung bisa disewa atau boleh numpang sementara, produk bisa ‘nge-sub’ tetapi keahlian menjalankan bisnis, tentu tak mengenal istil beli, pinjam, apalagi ngesub atau numpang. Kalau Anda tidak bisa atau tidak ahli, maka buktinya langsung nyata dalam bentuk antara lain: gagal, rugi, tidak efektif, tidak efisien, tidak untung, dan lain-lain.

Ada kebenaran umum (folk wisdom) yang terkadang lupa kita pikirkan secara masak. Kita sering mendengar ada orang mengatakan, “Orang ahli kan bisa dibeli. Apa susahnya kita merekrut sarjana ahli lalu kita gaji untuk menjalankan bisnis kemudian kita tinggal menerima untungnya saja …. “. Kebenaran umum seperti ini memang benar tetapi prakteknya tidak benar bagi semua orang. Bagi mereka yang sudah ahli dalam me-manage manusia, kebenaran umum ini benar. Tetapi bagi yang belum punya keahlian dalam hal “managing people”, seringkali kebenaran umum itu belum benar di lapangan. Belum benar di sini artinya rencana kita gagal karena kita tidak memiliki keahlian yang memadai dengan masalah yang kita hadapi.

Kesimpulannya, menerjuni usaha di bidang apapun memang butuh uang, butuh dana, butuh fasilitas, butuh materi. Modal tangible seperti ini wajib hukumnya. Tetapi, memiliki modal tangible yang memadai belum dapat menjamin kelangsungan usaha. Untuk poin yang terakhir ini lebih banyak ditentukan oleh modal intangible yang kita miliki. Modal intangible di sini adalah “kualitas SDM” kita yang sesuai dengan bidang usaha yang kita geluti. Modal yang terakhir inilah yang akan menentukan apakah kita akan menjadi pengusaha sebulan atau seumur hidup.

Memang benar bahwa yang diinginkan oleh semua orang adalah memiliki modal tangible yang berlimpah (punya cadangan uang cash berlipat, punya fasilitas kerja yang lengkap, dan punya kantor yang representatif) dan juga modal intangible yang bagus (punya kemampuan berbisnis yang handal, punya kemampuan mengolah produk yang bagus, punya kemampuan memasarkan produk yang jitu, punya kemampuan membina jaringan yang kokoh, dan lain-lain).Cuma saja, keadaan ideal itu sangat jarang terjadi.

Tak hanya itu, memiliki modal tangible yang bagus dan memiliki modal intangible yang bagus pula, biasanya terjadi sebagai akibat dari sebuah sebab, atau sebagai sebuah hasil dari sebuah proses. Artinya, pengusaha yang memiliki keduanya adalah pengusaha yang sudah berhasil menjalankan usahanya, bukan orang yang baru memulai berusaha. Untuk orang yang baru memulai merintis usaha, problem umum yang dihadapi adalah problem yang muncul sebagai akibat adanya keterbatasan, antara lain: terbatas modalnya, terbatas SDM-nya, terbatas, materinya, terbatas fasilitasnya, terbatas dalam mengantisipasi perubahan, terbatas pelanggannya, dan lain-lain. Karena itulah, maka modal intangible jauh lebih perlu didahulukan.

STREET SMART

Ada dilema tersendiri yang harus dihadapi oleh calon pengusaha pemula. Kalau ia batalkan keinginannya untuk menjadi pengusaha karena takut resiko, takut pada berbagai kemungkinan buruk, tentu saja ia tidak akan pernah menjadi pengusaha atau tidak akan pernah paham seluk beluk memulai usaha. Tetapi, bila ia terus nekad untuk menjadi pengusaha dengan modal pas-pasan, tidak berarti ini akan ada jaminan berhasil. Gagal dalam arti “tembakan kita meleset” tentu ini biasa dalam usaha. Tetapi gagal dalam arti kehabisan peluru, kehilangan sumber penghasilan, menanggung hutang, kehilangan pekerjaan, tentu ini beda efeknya bagi kita.

Jadi, bagaimana berkelit dari dilema yang sulit seperti ini? Kalau dijawab dengan kata-kata, mungkin tidak akan habis kita menulisnya dengan tinta air laut. Ada sekian jawaban, ada sekian alternatif, dan ada sekian opsi. Sebagai tambahan dari jawaban yang sudah kita miliki, saya ingin mengingatkan satu istilah yang sangat populer di dunia usaha. Istilah itu adalah street smart.

Menurut pengertian yang lazim dipahami, street smart artinya cerdas di lapangan. Gambaran aplikatifnya mungkin pernah dijelaskan oleh Pak Bob dalam sebuah seminar di Jakarta beberapa tahun lalu (Majalah Manajemen, April 2003):

“Cukup satu langkah awal. Ada kerikil saya singkirkan. Melangkah lagi. Bertemu duri saya sibakkan. Melangkah lagi. Terhadang lubang saya lompati. Melangkah lagi. Bertemu api saya mundur. Melangkah lagi. Berjalan terus dan mengatasi masalah.”
Street smart termasuk modal intangible yang luar biasa peranannya. Saya pernah membaca hasil survei yang menanyakan tentang sejauhmana relevansi antara latar belakang pendidikan dengan pekerjaan hari ini (ExecuNet: 2005). Hasilnya tercatat seperti berikut:

* 46 % menjawab relevansi itu sangat dekat.
* 39 % menjawab relevansi itu ada
* 15 % menjawab relevansi itu tidak ada sama sekali
* 84 % menjawab begini: “street smarts” is more important in business than an advanced degree.

Jadi, yang diperlukan dari kita adalah kecermatan, keberanian dan kesiapan. Kita perlu cermat agar terhindar dari resiko usaha yang bernama kegagalan dalam bentuk kehabisan peluru atau menanggung hutang yang berat untuk kita. Kalau bisa, maksimalnya resiko itu hanya berupa kegagalan dalam bentuk meleset sementara atau belum untung banyak. Kita perlu keberanian melawan ketakutan yang biasanya membisikkan teror: “bagaimana nanti kalau gagal”, “jangan-jangan nanti ….”, dan lain-lain. Selama ketakutan semacam itu belum bisa kita atasi, sebaiknya kita sembunyikan lebih dulu keinginan kita menjadi pengusaha. Kita juga perlu kesiapan mental untuk menumbuhkan bangkitnya kecerdasan yang bernama street smart.

Read More..

MENGGALI SUMBER MOTIVASI

MENGGALI SUMBER MOTIVASI
Kategori Organisasi Industri
Oleh : Ubaydillah, AN
Jakarta, 18 Juli 2005


Intrinsik & Ekstrinsik

Teori motivasi yang sudah lazim dipakai menjelaskan bahwa sumber motivasi itu sedikitnya bisa digolongkan menjadi dua, yaitu sumber motivasi dari dalam diri (intrinsik) dan sumber motivasi dari luar (ekstrinsik). Termasuk sumber dari dalam, misalnya saja kebutuhan kita untuk menemukan makanan, mendapatkan kesehatan, mendapatkan keamanan, mendapatkan kehormatan, meraih prestasi di bidang kita, dan seterusnya.

Sedangkan yang termasuk sumber motivasi dari luar, misalnya saja kondisi kerja yang mendukung, gaji yang jumlahnya sesuai dengan keinginan atau tuntutan kita, perlakukan yang baik dari pihak lain, dan seterusnya. Dari praktek hidup seringkali kita temukan bahwa motivasi yang bersumber dari luar ini sifatnya tidak otomatik dan tidak mutlak. Di atas kertas putih memang bisa dikatakan bahwa kenaikan gaji bisa menambah motivasi dan bisa menambah kreativitas tetapi prakteknya tidak berlaku untuk semua orang atau tidak mutlak bisa menaikkan motivasi semua orang.

Prakteknya seringkali membuktikan bahwa kenaikan gaji hanya akan memotivasi orang yang sudah bisa memotivasi dirinya. Adapun bagi orang yang belum bisa memotivitas dirinya atau menolak memotivasi dirinya (malas-malasan, setengah-setengah, dan semacamnya), kenaikan gaji seringkali terbukti tidak bisa membuat mereka termotivasi. Atau paling banternya hanya menambah motivasi untuk jangka waktu yang sangat pendek.

Bahkan kalau kita rujukkan pada hasil studi Teresa Amabile, profesor dari Harvard Business School (The 6 Myths of creativity, Gruner + Jahr USA Publishing, 2004), kenaikan gaji malah menjadi semacam "fithan", masalah atau ancaman terhadap motivasi dan kreativitas bagi orang yang menolak memotivasi dirinya. Teresa mengatakan bahwa karyawan yang motivasi dan kreativitasnya tergantung pada kenaikan gaji semata justru akan menjadikan kemalasan sebagai jurus untuk mendapatkan kenaikan gaji berikutnya.

Walhasil, memang perlu kita akui bahwa gaji yang rendah menurut ukuran yang berlaku umum, kondisi kerja yang tidak kondusif menurut rasio umum atau perlakuan organisasi yang tidak fair menurut norma umum, bisa menjadi demotivator. Tetapi hal ini tidak punya pengertian bahwa ketika gaji kita naik, kondisi kerja Ok atau perlakuan yang kita terima OK dari pihak lain lantas membuat kita secara otomatik menjadi orang yang kreatif dan ‘motivatif’.

Kita bisa memilih menjadi orang kreatif dan motivatif dengan alasan karena kita kekurangan fasilitas, karena gaji kita tidak cukup menurut ukuran kita, karena kita sedang dilanda krisis perlakuan baik dari orang lain ATAU bisa pula kita memilih menjadi orang kreatif dan motivatif dengan alasan karena kita sedang dikelilingi fasilitas kerja yang berlimpah, gaji kita lebih menurut ukuran kita, dan karena kita sedang mendapatakan treatment yang bagus dari pihak lain. Prakteknya membuktikan, "We are the law of ourselves."

Sumber Alamiyah: motivator & demotivator

Cukupkah pemahaman kita tentang sumber motivasi itu hanya sebatas pada pengertian-pengertian yang seperti penjelasan di atas? Kalau kita mencoba menelaah praktek hidup lebih dalam, ternyata bisa kita temukan bahwa sumber motivasi itu jumlahnya tak terbatas dan terhingga. Seluruh aktivitas perasaan kita (feeling and mood) dalam meresponi apa yang terjadi di dalam diri dan apa yang menimpa diri kita dari luar bisa kita gunakan sebagai motivator, termasuk yang sering kita cap dengan sebutan hal-hal negatif atau tak berguna atau ancaman motivasi (demotivator)

Berikut ini adalah sebagian contoh dari hal-hal yang sering kita anggap negatif tetapi bisa kita olah sebagai sumber motivasi yang gratis dan bisa kita gali seluas-luasnya, sekuat-kuatnya dan sedalam-dalamnya:

Pertama, kekesalan. Terlepas dari perbedaan kadar dan alasan, semua orang yang hidup di dunia ini pernah kesal: kesal kepada diri sendiri, kesal kepada orang lain, kesal kepada keadaan, bahkan kesal kepada Tuhan. Persoalan yang kita hadapi dalam praktek hidup bukan masalah pernah kesal atau tidak pernah, melainkan akan kita gunakan untuk apakah kekesalan yang menggelora di dada kita?

Kekesalan bisa kita jadikan motivator untuk maju tetapi bisa pula kita jadikan demotivator untuk maju, tergantung apa yang kita pilih. Anthony Robbins yang saat ini dikenal Motivator International papan atas mengakui bahwa dirinya menjadikan kekesalan sebagai motivator untuk maju. Karena ia kesal dengan posisi karirnya yang berada di level bawah, maka kekesalan itu ia olah menjadi energi yang mendorong dirinya untuk naik.

Kedua, kegagalan. Semua manusia yang berusaha di dunia ini pastilah pernah gagal. Kegagalan dalam usaha bukanlah pilihan (choice), melainkan konsekuensi yang tidak bisa dipilih (not free to choose). Andaikan boleh memilih, tentulah tak ada satu pun manusia di dunia ini yang memilih kegagalan. Semua orang pastilah akan memilih keberhasilan.

Meskipun semua orang pernah menghadapi kegagalan tetapi yang berbeda adalah bagaimana orang itu menggunakan energi kegagalan. Apakah kita akan menggunakan kegagalan usaha kita sebagai motivator untuk mencapai keberhasilan ataukah kita akan menggunakan kegagalan kita sebagai demotivator? Semua akan kembali kepada pilihan kita. Robert Kiyosaki menyimpulkan bahwa kegagalan itu akan menjadi penghancur (demotivator, destroyer) bagi orang kalah (losers) tetapi akan menjadi inspirasi maju bagi para pemenang (winners)

Meminjam istilah yang pernah digunkan oleh Jhon C. Maxwell, di sana ada yang disebut Kegagalan Maju (failing forward) dan di sana ada pula yang disebut Kegagalan Mundur (failing backward). Menurutnya, Kegagalan Maju adalah kemampuan seseorang untuk bangkit kembali setelah dipukul mundur, kemampuan untuk belajar dari kesalahan dan kemampuan untuk melangkah menuju arah yang lebih bagus. J.M. Barrie menyimpulkan: "Selama lebih dari 30 tahun saya memimpin, saya sampai pada kesimpulan bahwa yang paling penting di sini adalah memiliki kemampuan yang saya sebut "kegagalan maju".

Ketiga, hinaan, celaan atau cemoohan orang lain atas kita. Terlepas dari perbedaan bentuk, jenis, dan kadar, sebetulnya semua orang di dunia ini pernah dihina, dilecehkan, dipandang rendah, diperlakukan secara tidak enak oleh orang lain. Semua sepakat bahwa diotak-atik dengan menggunakan teori apapun, yang namanya dihina atau dilecehkan tentulah merupakan sesuatu yang tidak kita inginkan terjadi.

Masalah yang kita hadapi dalam praktek hidup (selain masalah yang sudah kita rasakan) adalah bagaimana kita menggunakan semua itu. Hinaan bisa kita jadikan sebagai motivator dan bisa pula kita jadikan sebagai demotivator, tergantung bentuk kegunaan yang kita pilih. Tak sedikit para peraih prestasi tinggi di bidangnya di sekitar kita yang mendapatkan dorongan maju (motivasi) dari hinaan orang lain di sekitarnya yang kemudian mengantarkan mereka pada satu titik pembuktian-diri positif. Albert Einstein mengakui bahwa semangat dari dirinya yang agung kerapkali mendapatkan perlawanan dari orang lain yang punya semangat biasa-biasa.

Karena sesungguhnya yang menentukan kegunaan itu kita, maka Les Brown berpesan: "Jangan biarkan opini negatif orang lain tentang dirimu menjadi kenyataan di dalam dirimu." Dihina orang lain tidak ‘capable’ kalau kita iyakan (kita gunakan sebagai demotivator) akan menjadi kenyataan di dalam diri kita tetapi kalau kita tolak (kita jadikan motivator untuk menjadi capable) tentu ini setidaknya akan mengantarkan kita menjadi capable, meskipun tidak semudah orang membalik tangan. Eleanoor Rosevelt berkesimpulan: "Tidak ada orang yang sanggup membuat anda down tanpa izin dari anda."

Gampangnya ngomong, semua yang diciptakan Tuhan atau semua yang diizinkan Tuhan untuk ada dan untuk terjadi di dalam diri kita dan di dunia ini, memiliki kegunaan, dari (katakanlah) mulai ketakutan, kekurangan, kebingungan, kemalangan, dan seterusnya. Kitalah yang diberi pilihan (tawaran) untuk memilih kegunaan itu. Bisa kita gunakan sebagai motivator (kegunaan positif) dan bisa pula kita gunakan sebagai demotivator (kegunaan negatif). Memilih kegunaan positif akan mengantarkan kita menjadi orang yang semakin positif. Memilih kegunaan negatif akan mengantarkan kita menjadi orang yang semakin negatif.

Pembelajaran

Apa yang bisa kita lakukan agar kita bisa menggunakan ledakan emosi negatif yang selama ini kita anggap barang tak berguna itu menjadi berguna, menjadi motivator atau setidak-tidaknya tidak sampai membuat kita menjadi orang yang semakin / bertambah negatif akibat tertimpa oleh hal-hal negatif (hal-hal yang tidak kita inginkan)? Sebagai pembelajaran, mungkin kita bisa melakukan pilihan berikut:

1. Menyadari

Menyadari atau kesadaran-diri (self-awareness) adalah kemampuan kita untuk mendeteksi, menyadari, merasakan, dan mengontrol apa yang kita pikirkan, apa yang kita rasakan, dan apa yang kita unek-unek-an serta kemampuan kita untuk memahami bagaimana semua itu terjadi dan apa yang menyebabkannya. Memiliki kesadaran-diri seperti ini akan membuat kita punya pilihan hidup (choice), bisa mengambil keputusan menurut pilihan kita dari dalam (from the inside-out), atau responsif (bukan sekedar reaktif).

Seperti yang kita alami dalam praktek hidup sehari-hari, kekesalan itu bisa kita pilih sebagai sumber motivator dan bisa pula kita pilih sebagai sember demotivator. Cuma saja, untuk bisa memilih sebagai motivator ini dibutuhkan kesadaran-diri, kontrol-diri, atau penguasaan-diri serta kekebasan memilih (free to choose). Hilangnya kesadaran-diri ini akan membuat kita menempati posisi sebagai korban kekesalan, dan bukan sebagai pihak yang bisa menggunakan kekesalan. Kita mudah lupa bahwa kekesalan itu selain bisa kita gunakan sebagai motivator juga bisa menjadi demotivator.

2. Menggunakan

Setelah kita memiliki "kebebasan memilih" dalam menggunakan apa yang terjadi dan apa yang menimpa kita, maka tahapan berikutnya adalah menggunakan energinya untuk mendukung keinginan kita. Kekesalan, kekecewaan, ketakutan, kekurangan atau kejengkelan tidak secara otomatik menjadi sumber motivator hanya karena kita tahu. Ia akan menjadi motivator kalau kita gunakan (apply) untuk memotivasi diri kita melalui saluran aktivitas yang jelas dan tujuan (sasaran) yang jelas.

Karena itu, akan lebih mudah buat kita dalam mengolah ledakan emosi agar menjadi sumber motivasi kalau kita memiliki tujuan hidup yang jelas dan jelas-jelas kita perjuangkan. Ibarat menembak, jika sasaran yang akan kita bidik itu jelas (spesifik, measureable, attainable), tentulah akan lebih mudah kita mengalihkan energi dari yang semula akan mencelakakan kita ke yang mendukung kita.

3. Mengawasi

Dari praktek hidup sehari-hari kita diajarkan bahwa yang terkadang membuat kita tidak sanggup menggunakan berbagai ledakan emosi sebagai sumber motivasi itu bukan saja karena kita tidak tahu semata, melainkan karena kita lupa (losing control). Karena itu, pengawasan aktivitas batin kita tetap diperlukan. Lupa hanya sebentar lalu kita menarik diri untuk ingat, mungkin tak ada masalah tetapi kalau kita lupa dalam kurun waktu yang panjang apalagi selamanya, tentulah ini membahayakan buat kita. Selamat mencoba.

Read More..

Rabu, 12 Desember 2007

Lima Langkah Untuk Lebih Percaya Diri

Lima Langkah Untuk Lebih Percaya Diri

KapanLagi.com - Tak dipungkiri, pasti kita semua ingin jadi lebih percaya diri dan merasa nyaman tentang diri sendiri, sehingga dapat menjalankan kehidupan terbaik kita. Namun sayangnya, menumbuhkan rasa percaya diri tidaklah semudah mengucapkannya. Berikut kami berikan beberapa panduan untuk meningkatkan rasa percaya diri dan menumbuhkan harga diri:

1. Lakukan Sesuatu Yang Membutuhkan Keputusan Dan Tindakan

Anda mungkin telah lama berkeinginan menyambung hubungan dengan teman semasa kuliah, atau mungkin telah lama ingin membersihkan rumah dan menyotir barang-barang yang tak berguna ke gudang. Apapun itu, Anda akan merasa lebih percaya diri dengan merancang tujuan (walau hanya tujuan kecil) dan bertindak untuk mencapainya.

2. Nikmati Hal Yang Anda Kerjakan Dengan Bagus

Apa Anda memiliki hobby atau olah raga yang sangat Anda nikmati? Seperti berenang atau yoga, melukis atau menulis, hal yang menyita perhatian dan membuat Anda lupa waktu saat mengerjakannya. Lalu, ini membuat Anda merasa kompeten dan mampu melakukannya dengan baik. Melakukan hobby juga dapat jadi cara luar biasa untuk meningkatkan rasa percaya diri Anda. Jika Anda tak memiliki hobby khusus atau hiburan yang dapat Anda nikmati, coba lakukan sesuatu yang selalu ingin Anda coba. Bayangkan Anda melakukan itu, dan lalu lakukan! Tak perlu hal yang besar, bisa juga hal sederhana seperti bergabung dengan club jalan sehat misalnya. Anda akan menemukan diri Anda lebih terpusat dan bahagia dengan melakukan sesuatu yang membuat Anda terlibat setidaknya selama seminggu sekali.

3. Ganti Fokus

Terbukti selama ini orang-orang yang memiliki rasa rendah diri biasanya adalah orang-orang yang terlalu banyak berfokus pada diri sendiri. Anda dapat lebih meningkatkan rasa percaya diri dengan mengerjakan sesuatu yang membuat Anda terfokus pada orang lain atau satu hal. Seperti saat Anda bertemu orang-orang baru, Anda akan menemukan rasa gugup Anda menghilang begitu lebih berfokus pada orang yang Anda temui, bukan diri sendiri. Pada akhirnya, Anda akan lebih mudah berinteraksi dengan orang lain dan merasa lebih cerah.

4. Bersikap Rileks

Belajar tentang bagaimana bersikap rileks merupakan sebuah peningkatan hidup yang luar biasa. Orang-orang yang bersikap rileks lebih sedikit mengalami masalah dengan kenangan buruk mereka dan mengikuti alur kehidupan. Melakukan meditasi juga cara populer untuk menumbuhkan perasaan rileks, Anda bisa memilih ikut yoga atau tai chi. Apapun metode yang Anda gunakan, lakukan relaksasi dengan serius. Keuntunngan dari hal ini amat luar biasa untuk sekedar diabaikan begitu saja. Jika selama ini Anda tak pernah memikirkan relaksasi sebagai hal penting, maka pikirkanlah sekarang juga.

Buat Daftar Hal Yang Anda Kuasai

Buat daftar dalam skala kecil. Anda dapat membuat apapun yang berhasil Anda kuasai dalam sebuah daftar, seperti misalnya: lulus ujian mengemudi dan mendapat SIM, mencetak angka tertinggi saat main basket, mengatur tabungan dan masi banyak lagi. Mengetahui banyak hal yang Anda kuasai akan membuat Anda menyadari akan apa yang telah Anda capai.

Lima hal yang kami sampaikan di atas merupakan prinsip dasar yang dapat Anda gunakan untuk meningkatkan rasa percaya diri, namun Anda juga perlu menambah hal-hal ini secara permanen dalam kehidupan Anda. Selalu tanamkan dalam pikiran, karena tak semua orang terlahir dengan bakat percaya diri, kebanyakan dari kita harus bekerja untuk membangunya. Jadi, bangun rasa percaya diri dan harga diri ini dari pikiran Anda sendiri dan lakukan setiap hari untuk membuat Anda merasa nyaman. (confidence.com/erl)

Read More..

Senin, 10 Desember 2007

Definisi Reksadana

Seputar Reksa dana

Definisi dan Mekanisme Kerja

Reksa dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh Manajer Investasi. Dalam reksa dana, uang yang terkumpul dari investor akan digunakan oleh manajer investasi untuk membeli surat-surat berharga seperti saham, obligasi, Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan efek lainnya atau ditabungkan dalam deposito. Keuntungan atau kerugian investasi dalam reksa dana dapat dilihat pada Nilai Aktiva Bersih (NAB) yang juga digunakan sebagai dasar pembelian dan penjualan unit penyertaan.



Keuntungan berinvestasi di reksa dana

Keuntungan berinvestasi di reksa dana adalah

* berinvestasi di pasar modal dengan modal relatif kecil
* tidak perlu memperhatikan kondisi pasar modal secara rumit karena sudah dikelola oleh manajer investasi yang ahli di pasar modal
* mempunyai potensi keuntungan yang tinggi

Untuk menghitung berapa keuntungan bersih yang diperoleh dari reksa dana, anda harus mempertimbangkan beberapa variabel yaitu : Nilai Aktiva Bersih (NAB) saat Pembelian, Biaya Pembelian, Nilai Aktiva Bersih (NAB) saat penjualan dan biaya penjualan.

Contoh : Anda menginvestasikan uang anda pada reksa dana (RD) A pada tanggal 1 Januari 2007 sebesar Rp.1.000.000,- dengan NAB/unit pada saat pembelian adalah Rp.1.000,- dan biaya pembelian 1 %. Berarti total Unit Penyertaan (UP) yang anda peroleh adalah :
{Rp.1.000.000 - (1%x Rp.1.000.000) : Rp.1000 = 990 UP.
Kemudian pada tanggal 5 Mei 2007 anda akan menjual Unit Penyertaan sebanyak 990 UP anda tersebut, dengan NAB / unit pada saat penjualan adalah Rp.1.100,- dan biaya penjualan 1 % dari nilai investasi. Jadi anda akan memperoleh uang :
(990 x Rp.1.100) - (1% x (990x 1.100) = 1.089.000-10.890 = Rp. 1.078.110,-
Jadi, keuntungan bersih yang anda peroleh adalah Rp.1.078.110,- - 1.000.000,- = Rp.78.110,-

Jenis - Jenis Reksa Dana

Reksa Dana dapat diklasifikasikan menjadi 6 kategori berdasarkan investasinya.

* Reksa Dana Saham
Sebagian besar dana yang dihimpun dalam reksa dana jenis ini diinvestasikan pada saham-saham emiten. Jenis ini memberikan potensi risiko yang besar serta tingkat pengembalian (return) yang besar pula, atau “high risks high returns”.
* Reksa Dana Obligasi / Pendapatan Tetap
Reksa dana menginvestasikan sebagian besar dananya pada instrumen berbentuk obligasi yang memberikan return yang tetap. Bagi investor yang ingin memperoleh pendapatan yang dapat diprediksi serta stabil, jenis reksa dana ini merupakan instrumen yang perlu dipertimbangkan, mengingat jenis ini memberikan tingkat pengembalian serta risiko yang moderat.
* Reksa Dana Pasar Uang
Hampir seluruh dana yang dihimpun dalam reksa dana ini diinvestasikan dalam pasar uang. Jenis ini memberikan tingkat risiko dan pengembalian yang rendah.
* Reksa Dana Campuran
Reksa dana jenis ini merupakan reksa dana yang bersifat fleksibel dalam menginvestasikan dana yang terkumpul karena dapat diinvestasikan dalam berbagai macam Efek. Alokasi aktiva didistribusikan pada investasi saham untuk tujuan pertumbuhan, obligasi untuk pendapatan, pasar uang untuk tunai dan stabilitas.
* Reksa Dana Indeks
Reksa dana indeks adalah reksa dana yang dikelola secara pasif, dengan tujuan utama menghasilkan kinerja yang mengikuti kinerja indeks tertentu (misalnya S&P 500, Dow Jones 30, Indeks Harga Saham Gabungan/IHSG, atau Jakarta Islamic Indeks/ JII) dengan biaya minimal. Nama-nama saham maupun bobot masing-masing saham investasinya akan mirip dengan indeks. Jadi, misalnya saham A memiliki bobot 10 persen di indeks, maka di reksa dana ini, saham A juga cenderung akan memiliki bobot 10 persen. Selain biaya rendah, reksa dana ini relatif lebih transparan karena komposisi portofolionya jelas, mirip indeks, dan hanya berubah sedikit, terutama jika ada perubahan komposisi indeks yang diikuti.
* Reksa Dana Terproteksi
Reksa dana ini memberikan proteksi sebesar 100% dari nilai investasi awal dengan syarat dan ketentuan khusus yang berlaku. Karena memberikan jaminan proteksi, reksa dana ini cenderung diinvestasikan pada instrumen pasar modal dan pasar uang yang lebih aman, misalnya dalam obligasi yang termasuk dalam kategori layak investasi.

Cara Investasi

Berinvestasi pada reksa dana tidaklah sulit, cukup hubungi Manajer Investasi reksa dana yang anda pilih, kemudian isi formulir penyertaan modal / pembelian unit penyertaan dan transfer uang ke bank kustodian. Setelah itu kirimkan bukti setor dan formulir yang telah anda isi ke Manajer Investasi tersebut. Anda akan mendapatkan tanda bukti penyertaan modal di reksa dana yang dikirimkan langsung ke alamat anda.

Besarnya uang investasi minimal ditentukan oleh Manajer Investasi dan telah tercantum resmi dalam prospektus reksa dana. Prospektus adalah buku atau keterangan lain yang memberikan gambaran lengkap mengenai suatu reksa dana sehingga dapat anda gunakan sebagai bahan pertimbangan dalam memilih reksa dana mana yang akan anda jadikan tempat investasi. Anda dapat memperolehnya di Manajer Investasi.

Read More..